Setiap kali berjalan di pantai, pernahkah kamu menemukan sandal bekas yang terdampar di pasir? Benda yang tampak sepele ini ternyata menyimpan cerita besar tentang polusi plastik di lautan. Masalah ini yang coba disoroti oleh Potato Head Beach Club di Seminyak, Bali, lewat sebuah instalasi seni unik yang diberi nama 5,000 Lost Soles. Proyek ini adalah contoh bagaimana sandal bekas di Bali bisa diubah menjadi karya seni penuh makna.
Pada tahun 2016, Potato Head berkolaborasi dengan seniman asal Jerman, Liina Klauss, untuk menciptakan instalasi yang menggugah kesadaran akan dampak sampah plastik terhadap lingkungan. Karya ini terbuat dari 5.000 sandal karet bekas yang dikumpulkan hanya dalam enam kali kunjungan ke pantai-pantai di pesisir barat Bali. Ini menunjukkan potensi besar dalam gerakan seni daur ulang di Bali, sekaligus menyuarakan kepedulian terhadap kondisi pesisir yang kian tercemar.
Instalasi ini berbentuk mozaik warna-warni yang menyerupai gunungan pasir, mencerminkan kondisi pantai yang sering dipenuhi sampah plastik. Lebih dari sekadar karya visual, 5,000 Lost Soles menyampaikan pesan bahwa “apa yang kita buang akan kembali kepada kita”—baik melalui udara, air, maupun tanah. Instalasi ini juga menjadi pengingat bahwa dampak dari kebiasaan membuang sampah sembarangan tidak hanya terjadi di lautan, tetapi juga berpengaruh pada kehidupan kita sehari-hari. Inilah kekuatan dari kreasi seni berbahan sandal bekas yang bukan hanya menarik secara estetika, tapi juga sarat nilai edukatif.
Potato Head sendiri, yang kini dikenal sebagai Desa Potato Head, bukan sekadar beach club biasa. Tempat ini berkembang menjadi ruang komunitas kreatif yang menggabungkan seni, keberlanjutan, dan edukasi lingkungan. Mereka nggak hanya menghadirkan instalasi seperti 5,000 Lost Soles, tetapi juga menjalankan berbagai inisiatif ramah lingkungan, seperti mendaur ulang plastik menjadi bahan bangunan dan mengubah minyak bekas menjadi biodiesel.
Melalui 5,000 Lost Soles, Potato Head dan Liina Klauss berhasil mengubah sampah menjadi seni, sekaligus mengajak kita untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Karya seni sandal bekas Bali ini bukan hanya memanjakan mata, tetapi juga mengundang kita untuk berpikir: jika 5.000 sandal bisa ditemukan dalam waktu singkat di pantai Bali, berapa banyak lagi yang masih mengapung di lautan? Tak bisa dimungkiri, sandal bekas kreatif Bali seperti ini menjadi contoh kuat bagaimana seni bisa menyuarakan isu lingkungan secara elegan dan menggugah.